10 September 2017

19.24 No comments
Itik Talang Benih. Pertanian.go.id
TEMPO.CO, Bengkulu -  Si Bohay, begitulah masyarakat Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, menyebut itik plasma nutfah asli Bengkulu Itik Talang Benih. Bentuk bokongnya yang lebih besar dibanding itik pada umumnya membuat dia lebih mudah untuk dikenali.

Tidak hanya dikenal Bohay, Itik Talang Benih pun merupakan unggas varietas unggul yang sangat produktif dibanding itik kebanyakan, sehingga menjadi kebanggaan masyarakat Rejang Lebong.
Namun sayang, Itik yang ditemukan pertama kali pada 2004, oleh Edwar Suharnas peneliti asal Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) tersebut hampir saja punah.

Untungnya, pada 2014 Kelompok Tani Rukun Sejahtera Desa Rimbo Recap dengan bantuan Bank Indonesia melakukan pemurnian terhadap unggas hasil persilangan dari burung Belibis dan itik lokal (itik cianten) yang dibawa masyarakat transmigran dari Jawa Barat sekitar awal abad ke 19.


Menurut Wakil Ketua Kelompok Rukun Sejahtera Sunarya, saat ini setelah dua tahun mereka berhasil melakukan pemurnian plasma nutfah Itik Talang Benih sebanyak 78 ekor. "Itik-itik hasil pemurnian ini kita pisahkan agar tidak ada pencampuran lagi dan akan terus dikembangbiakan," kata Sunarya saat ditemui Selasa, 7 Februari 2017.

Sunarya mengakui jika Itik Talang Benih memiliki banyak keunggulan dibandingkan itik biasanya. Selain memiliki ketahanan tubuh lebih, itik ini juga dua kali lebih produktif ketimbang itik pada umumnya.

Ia menjelaskan ukuran telur Itik Talang Benih pun lebih besar dengan tingkat keberhasilan tetas hingga 80 persen. "Harga jual itik ini pun lebih mahal berkisar Rp 90 ribu per ekor, karena ukuran tubuhnya yang besar," jelas Sunarya.

Kelebihan itik Talang Benih juga memiliki masa bertelur lebih lama, sekitar 7 hingga 8 bulan. Selain itu, per populasi itik ini bisa menghasilkan telur hingga 70 hingga 75 butir. Sedangkan, produksi telur per ekornya bisa mencapai 200 hingga 250 butir per tahun, jauh lebih tinggi dari itik biasa yang berkisar antara 180 hingga 230 butir per tahun.

Keunggulan ini tentu saja, kata Sunarya memberikan kontribusi ekonomi yang baik bagi masyarakat Desa Rimbo Recap yang tergabung dalam kelompok Rukun Sejaterah.

Keadaan ekonomi mereka pun kata Sunarya jauh lebih baik sejak mengembangkan itik tersebut. Ditambah lagi saat ini permintaan bibit Itik Talang Benih terus berdatangan malah ada yang dari luar kota dan provinsi.

"Permintaan terhadap itik ini, terutama anakannya sangat banyak, tapi belum dapat sepenuhnya kita penuhi," ungkap Sunarya.

Maka kata Sunarya untuk memenuhi permintaan itu, kelompok terus melakukan pengembangan itik. Sehingga sebagian besar telur ditetaskan, hanya sebagian kecil telurnya yang dijual atau dikonsumsi.
Sementara itu untuk pengelolaan Itik Talang Benih dari hulu ke hilir dilakukan oleh kelompok dengan bantuan dan pendampingan oleh Bank Indonesia.

"Namun ada beberapa masyarakat pun mulai beternak itik ini secara mandiri, tapi masih dalam jumlah terbatas dan untuk konsumsi keluarga, setidaknya masyarakat desa kami tidak terlalu ketergantungan sumber protein dari luar," katanya kemudian.

Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Endang Kurnia mengatakan tahun ini genap dua tahun pihaknya mendampingi para peternak itik Talang Benih di Kabupaten Rejang Lebong. "Kita melihat masyarajat sudah mandiri, maka program ini kita serahkan ke pemda harapannya dapat semakin berkembang," kata Endang saat ditemui, Selasa 7 Februari 2017.

Pada program sosial Bank Indonesia di klaster Itik Talang Benih ini, pihaknya telah menyalurkan dana sebesar Rp 357 juta untuk pembuatan kandang, pengadaan mesin penetas, dan pakan.

Ia mengatakan dari 2500 ekor itik Talang Benih yang ada saat ini, kelompok Rukun Sejaterah mampu menghasilkan 1.000-1.300 butir telur setiap harinya. Sedangkan untuk produksi anakan atau istilahnya Day Old Duck (DOD) mencapai 800 hingga 1.000 ekor per bulan.

"Tidak hanya meningkat ekonomi masyarakat, melalui klaster ini kita juga melakukan pemurnian plasma nutfah untuk menyelamatkan keberadaan Itik Talang Benih," katanya kemudian.

PHESI ESTER JULIKAWATI
 
Sumber:  https://bisnis.tempo.co/read/843983/ini-si-bohay-penggerak-ekonomi-desa-di-bengkulu#

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke situs ini. Silahkan isi komentar/tanggapan anda

Recent Post

Popular Posts

Blog Archive