TEMPO.CO, Bengkulu - Si
Bohay, begitulah masyarakat Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, menyebut
itik plasma nutfah asli Bengkulu Itik Talang Benih. Bentuk bokongnya
yang lebih besar dibanding itik pada umumnya membuat dia lebih mudah
untuk dikenali.
Tidak hanya dikenal Bohay, Itik Talang Benih pun
merupakan unggas varietas unggul yang sangat produktif dibanding itik
kebanyakan, sehingga menjadi kebanggaan masyarakat Rejang Lebong.
Namun
sayang, Itik yang ditemukan pertama kali pada 2004, oleh Edwar Suharnas
peneliti asal Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) tersebut hampir
saja punah.
Untungnya, pada 2014 Kelompok Tani Rukun Sejahtera
Desa Rimbo Recap dengan bantuan Bank Indonesia melakukan pemurnian
terhadap unggas hasil persilangan dari burung Belibis dan itik lokal
(itik cianten) yang dibawa masyarakat transmigran dari Jawa Barat
sekitar awal abad ke 19.
Menurut Wakil Ketua Kelompok Rukun Sejahtera Sunarya, saat ini
setelah dua tahun mereka berhasil melakukan pemurnian plasma nutfah Itik
Talang Benih sebanyak 78 ekor. "Itik-itik hasil pemurnian ini kita
pisahkan agar tidak ada pencampuran lagi dan akan terus
dikembangbiakan," kata Sunarya saat ditemui Selasa, 7 Februari 2017.
Sunarya
mengakui jika Itik Talang Benih memiliki banyak keunggulan dibandingkan
itik biasanya. Selain memiliki ketahanan tubuh lebih, itik ini juga dua
kali lebih produktif ketimbang itik pada umumnya.
Ia menjelaskan
ukuran telur Itik Talang Benih pun lebih besar dengan tingkat
keberhasilan tetas hingga 80 persen. "Harga jual itik ini pun lebih
mahal berkisar Rp 90 ribu per ekor, karena ukuran tubuhnya yang besar,"
jelas Sunarya.
Kelebihan itik Talang Benih juga memiliki masa
bertelur lebih lama, sekitar 7 hingga 8 bulan. Selain itu, per populasi
itik ini bisa menghasilkan telur hingga 70 hingga 75 butir. Sedangkan,
produksi telur per ekornya bisa mencapai 200 hingga 250 butir per tahun,
jauh lebih tinggi dari itik biasa yang berkisar antara 180 hingga 230
butir per tahun.
Keunggulan ini tentu saja, kata Sunarya
memberikan kontribusi ekonomi yang baik bagi masyarakat Desa Rimbo Recap
yang tergabung dalam kelompok Rukun Sejaterah.
Keadaan ekonomi
mereka pun kata Sunarya jauh lebih baik sejak mengembangkan itik
tersebut. Ditambah lagi saat ini permintaan bibit Itik Talang Benih
terus berdatangan malah ada yang dari luar kota dan provinsi.
"Permintaan terhadap itik ini, terutama anakannya sangat banyak, tapi belum dapat sepenuhnya kita penuhi," ungkap Sunarya.
Maka
kata Sunarya untuk memenuhi permintaan itu, kelompok terus melakukan
pengembangan itik. Sehingga sebagian besar telur ditetaskan, hanya
sebagian kecil telurnya yang dijual atau dikonsumsi.
Sementara itu
untuk pengelolaan Itik Talang Benih dari hulu ke hilir dilakukan oleh
kelompok dengan bantuan dan pendampingan oleh Bank Indonesia.
"Namun
ada beberapa masyarakat pun mulai beternak itik ini secara mandiri,
tapi masih dalam jumlah terbatas dan untuk konsumsi keluarga, setidaknya
masyarakat desa kami tidak terlalu ketergantungan sumber protein dari
luar," katanya kemudian.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Endang Kurnia mengatakan tahun ini genap dua tahun pihaknya
mendampingi para peternak itik Talang Benih di Kabupaten Rejang Lebong.
"Kita melihat masyarajat sudah mandiri, maka program ini kita serahkan
ke pemda harapannya dapat semakin berkembang," kata Endang saat ditemui,
Selasa 7 Februari 2017.
Pada program sosial Bank Indonesia di
klaster Itik Talang Benih ini, pihaknya telah menyalurkan dana sebesar
Rp 357 juta untuk pembuatan kandang, pengadaan mesin penetas, dan pakan.
Ia
mengatakan dari 2500 ekor itik Talang Benih yang ada saat ini, kelompok
Rukun Sejaterah mampu menghasilkan 1.000-1.300 butir telur setiap
harinya. Sedangkan untuk produksi anakan atau istilahnya Day Old Duck
(DOD) mencapai 800 hingga 1.000 ekor per bulan.
"Tidak hanya
meningkat ekonomi masyarakat, melalui klaster ini kita juga melakukan
pemurnian plasma nutfah untuk menyelamatkan keberadaan Itik Talang
Benih," katanya kemudian.
PHESI ESTER JULIKAWATI
Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/843983/ini-si-bohay-penggerak-ekonomi-desa-di-bengkulu#
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke situs ini. Silahkan isi komentar/tanggapan anda